by: CITRAWEB SOLUSI TEKNOLOGI, PT
Aturan | Tentang Kami | Kontak Kami

Artikel

Bridge Looping

Jum'at, 25 November 2016, 16:17:00 WIB
Kategori: Fitur & Penggunaan

Bridge merupakan perangkat yang bertugas untuk menghubungkan antar host dalam satu segmen jaringan. Dengan kata lain Bridge seperti sebuah jembatan yang menghubungkan antar perangkat layaknya sebuah switch. Perbedaan bridge dengan switch sudah pernah dibahas disini. Jika bridge ini tidak berfungsi, maka trafik antara antar host jaringan tersebut menjadi tidak dapat terhubung. Agar host didalam jaringan tersebut tetap bisa terhubung maka setidaknya harus ada dua bridge untuk menghubungkan kedua jaringan tersebut. Walaupun kedua bridge ini berfungsi, namun secara teori hanya satu saja yang berfungsi. Kenapa bisa begitu, karena apabila keduanya berfungsi maka akan terjadi redundansi link (jalur) antara kedua bridge dalam jaringan. Akibatnya akan menghasilkan looping pada segmen jaringan tadi. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai bridge looping.

Bridge Looping terjadi ketika terdapat lebih dari 1 path atau jalur antara 2 note dalam bridge yang sama. Gambar berikut merupakan contoh terjadinya bridge looping,


Untuk menghindari terjadinya bridge loop tersebut kita bisa menggunakan fitur STP / RSTP. Selalu biasakan mengaktifkan STP/RSTP pada saat pembuatan Bridge, dengan memilih menu Bridge -> pilih interface bridge -> RSTP. Pada RouterOS terbaru RSTP secara otomatis sudah aktif.



Spanning Tree Protocol (STP)
Spanning Tree Protocol atau yang biasa disingkat STP adalah jalur layer network protocol yang menjamin tidak terjadi loop dalam topologi dari banyak bridge dalam LAN. STP ini menggunakan algoritma yang disebut Spanning Tree Algorithm (STA) untuk menciptakan sebuah topologi database, kemudian mencari dan menghancurkan link-link redundant.

Cara kerja Spanning Tree Algorithm (STA) :
Pertama, STP akan melihat semua link pada network dan menutup link (jalur) yang redundant. STP ini akan memastikan tidak terjadi yang namanya looping dengan memilih root bridge dari beberapa bridge yang terhubung. Sebagai contoh dapat lihat pada gambar topologi berikut ini,



Root bridge merupakan bridge dengan bridge ID terkecil. Bridge ID digunakan untuk menentukan root-bridge dan root-port. Tiap bridge memiliki unique identifier (ID). ID ini ditentukan oleh sebuah kombinasi dari apa yang disebut bridge priority dan alamat MAC dasar. Untuk membandingkan dua bridge ID, pertama yang akan dibandingkan adalah priority number. Pilih yang memiliki bridge priority yang paling kecil / terendah. Namun jika priority number di semua bridge sama, maka selanjutnya yang akan dibandingkan adalah MAC Address, pilih MAC Address terendah. Dari topologi diatas terlihat bahwa R1 memiliki bridge priority paling kecil sehingga R1 dijadikan sebagai Root Bridge. Jika kita ingin interface bridge yang lain dijadikan root bridge, maka kita bisa mengatur bridge priority-nya seperti pada gambar berikut ini,



Kemudian STP akan menempatkan semua port aktif pada root bridge dalam status Forwarding. Setelah salah satu interface bridge router dijadikan sebagai root bridge maka interface bridge yang lain akan bertindak sebagai non-root bridge. Setelah root-bridge ditentukan, selanjutnya setiap interface akan memiliki yang namanya port role. Port pada non-root bridge yang mempunyai nilai cost terkecil dan terhubung langsung ke port root bridge dinamakan root port. Root port tersebut akan ditempatkan pada status forwarding oleh STP. Port yang memiliki path cost paling sedikit untuk mencapai root bridge dan tidak terhubung langsung pada root bridge  dinamakan designated port. Designated port juga berada dalam status forwarding. Port yang berada diluar jalur yang sama dianggap non-designated dan berada dalam status blocking. Kenapa statusnya diblok? Hal ini dilakukan untuk antisipasi jika root port tidak bisa bekerja dengan baik, maka port yang tadinya ber-status blocking akan diaktifkan dan kembali menentukan path / jalur baru. Detailnya dapat dilihat pada gambar berikut ini,



Pada R1 sebagai root bridge, interface yang menuju ke bridge lain yakni ke R2 dan R3 akan menjadi designated port. Sedangkan pada R2 dan R3, interface yang terhubung ke R1 akan menjadi root port. Link antara R2 dan R3 salah satunya akan seperti di disable atau menjadi alternate. Secara default akan membandingkan MAC Address pada port-nya, jika lebih besar maka akan menjadi alternate. Root port merupakan jalur utama yang aktif, sedangkan alternate port merupakan jalur cadangan apabila jalur root port terputus.

Aliran data pada bridge dapat kita ubah secara manual dengan cara mengatur path cost-nya.



Misalkan, path cost pada ether3 di R3 dan ether2 di R2 akan kita ubah menjadi lebih kecil dari ether1 di R2, maka root port akan berpindah seperti gambar berikut ini berikut ini,



Root path cost merupakan hasil penjumlahan dari path cost, Misal, pada ether2 di R2 menghasilkan root path cost = 9. Hal ini merupakan penjumlahan dari path cost ether3 R3 dan ether2 R2.




Rapid Spanning Tree Protocol (RSTP)
Pada router Mikrotik sudah dilengkapi dengan protokol Rapid Spanning Tree Protocol (RSTP) yang fungsinya untuk mencegah terjadinya looping pada jaringan bridge. Pada dasarnya, cara kerja RSTP ini sebenarnya sama dengan STP karena RSTP merupakan pengembangan dari Spanning Tree Protocol (STP). Baik STP maupun RSTP nantinya akan melakukan "blocking" terhadap salah satu interface yang telah di-bridge. Interface yang berada dalam status blocking tersebut nantinya tidak akan meneruskan trafik.

Kerena RSTP merupakan penyempurnaan dari STP maka yang membedakan adalah dalam segi waktu transisi dari kondisi aktif (active state) menuju ke kondisi forward (forwarding state) ke setiap port. Artinya, RSTP akan memberikan penentuan jalur yang lebih cepat dibanding STP.



Kembali ke :
Halaman Artikel | Kategori Fitur & Penggunaan