by: CITRAWEB SOLUSI TEKNOLOGI, PT
Aturan | Tentang Kami | Kontak Kami

Artikel

Bantuan Teknologi

Kamis, 1 Desember 2005, 15:57:00 WIB
Kategori: Mikrotik @ Media
BENCANA gelombang tsunami dan gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter, yang melanda berbagai negara di kawasan Asia bagian tenggara dan selatan dua pekan lalu, adalah bencana yang tidak pernah kita saksikan sebelumnya. Gempa tektonik yang diikuti dengan gelombang tsunami berkecepatan 800 kilometer per jam menghancurkan tidak hanya harta benda tapi juga seluruh jiwa dan raga kita.

Kita Bersedih. Dunia pun bersedih. Begitu banyak korban bergelimpangan, bangunan luluh lantak, anak-anak kehilangan orangtua, istri kehilangan suami, suami kehilangan istri, dan penderitaan yang tidak terbayangkan bagi yang tidak mengalaminya.

Pascabencana, kita pun terkesiap. Jumlah korban yang mencapai ratusan ribu, tempat tinggal yang lenyap, dan jenazah yang bergelimpangan segera menohok rasa kemanusiaan siapa saja.

Berbagai komunitas teknologi komunikasi informasi pun bergerak. Ada tim TI Komisi Pemilihan Umum yang memiliki data penduduk Aceh yang mengikuti pemilu lalu. Sedangkan relawan teknologi informasi yang tergabung dalam kelompok Airputih (www.airputih.or.id) pun membopong perangkat VSAT ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk membuka akses internet melalui satelit serta membangun Media Center.

Secara khusus kita mencatat bantuan Cisco Systems Indonesia yang menyediakan teknisi termasuk berbagai perangkat sistem jaringan dan akses nirkabel (hotspot), yang langsung menerbangkan perangkatnya dari Singapura.
 
Mikrotik Indoor - Penggunaan Mikrotik Indoor unit di Posko PMI sebagai gateway dan access point jaringan komputer. Tampak di latar belakang, tumpukan sumbangan yang siap disalurkan.
Foto: Valens Riyadi (Tim AIrputih)
 
Berbagai perusahaan lain pun segera membantu. Acer Indonesia, Asus, Dell Indonesia, Sony Ericsson, Corsair, Micro Star International, Intel Indonesia, Allied Telesyn, Ericsson, MikroTik, JetCom.Net, CSM, PSN, dan berbagai perusahaan lain turun tangan menyumbangkan tenaga, pikiran, dan peralatan untuk menghubungkan Aceh dengan dunia luar.

KEHADIRAN teknologi komunikasi informasi di NAD menjadi penting. Kita berpendapat, semakin banyak teknologi informasi yang bisa dihadirkan di daerah bencana, semakin banyak informasi yang bisa diketahui. Sehingga, prioritas bantuan pun dengan mudah disusun dan disalurkan.

Dalam kata-kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan, bencana yang terjadi di tanah Aceh ini sangat luar biasa sehingga diperlukan upaya yang luar biasa pula untuk bisa membantu mereka yang selamat.

Berbagai penilaian pascabencana menyebutkan, setidaknya dibutuhkan waktu 10 tahun untuk memulihkan kondisi wilayah-wilayah yang terkena bencana ini. Bukan hanya permukiman, perkantoran, sekolah, dan sarana umum lain yang perlu dibangun, tapi kondisi kejiwaan, masalah sosial, dan hal lain yang tidak nyata juga harus dibangun.

Kita sendiri sangat khawatir dengan nasib anak-anak yang mengalami bencana yang sangat dahsyat dalam kehidupan mereka. Sehingga diperlukan sebuah upaya khusus yang terpadu dan terarah untuk membantu mereka, tidak hanya pendidikan dan lainnya, tapi juga menjaga status mereka supaya tidak menjadi korban lagi dalam aksi kejahatan atas nama "adopsi."

Bencana gempa dan tsunami di Aceh bukan hanya besar skalanya, tapi juga terjadi di daerah konflik militer yang berkepanjangan. Sehingga, penanganan masalah bantuan kemanusiaan pun akan berbeda dengan penanganan bencana yang pernah terjadi di daerah lain.

Dan sekali lagi, karena skala bencana yang begitu dahsyat ini memerlukan perhatian, yang segera terbesit di benak kita adalah bantuan teknologi informasi untuk menolong anak-anak korban bencana meneruskan hidup mereka. Anak-anak Aceh adalah masa depan Aceh sendiri.

Kita bisa memulai dengan sekolah online, sebagai awal untuk membantu anak-anak korban bencana melalui trauma yang mereka alami, sampai pemerintah siap untuk memulihkan kondisi belajar-mengajar di tanah Aceh.

Kita pun perlu membuka portal database lengkap dengan foto dan jati diri (termasuk tanda lahir) anak-anak korban bencana. Sehingga, entah suatu saat, anak-anak ini bisa bergabung dengan orangtuanya yang terdislokasi, atau bisa melanjutkan hidupnya dengan paman, bibi, sepupu, keponakan, dan orang lain.

Masa depan anak-anak Aceh adalah masa depan kita. Bantuan teknologi informasi akan mempercepat proses pemulihannya. Mari ulurkan tangan kita!


Kembali ke :
Halaman Artikel | Kategori Mikrotik @ Media